Pak Arif Apriansyah, S.E.I adalah seorang manajer SDM Yayasan Qurrota A’yun, Beliau menjadi salah satu pembicara dalam sharing session diawal tahun 2018, pembahasan kali ini mengenai “Hakikat Waktu bagi seorang Mukmin” yang diikuti oleh Guru dan para staf Kaifa.
Imam Syafi’I berkata : Waktu Ibarat pedang , jika kamu tidak menebasnya maka waktu tersebut yang akan menebasmu.
Betapa pentingnya manusia mengelola waktu karna waktu tak akan pernah kembali. Kata penyelasan selalu terucap di akhir, bila kita tak pandai mengatur waktu .
Seorang mukmin pandai-pandailah untuk mengatur waktu, selayak hari-harinya jadikan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Karena ia adalah ruangan terbatas bagi kita.
Hakikat waktu bagi seorang mukmin dibagi menjadi 3 yaitu :
- Tafakur
Tafakur adalah merenungkan atau memikirkan, karena bahwasannya ,manusia adalah mahluk berpikir. Tentunya dengan berpikir yang positif, ciri- ciri tafakur adalah :
- Adanya keterbukaan
Keterbukaan dalam menerima nasihat orang lain, tentunya itu adalah hal kebaikan.
- Adanya kesadaran
Adanya kesadaran pada diri kita, kesadaran waktu untuk melakukan kebaikan.
- Banyak Pelajaran
Pelajaran terhadap waktu memetik hikmah dari kejadian.
- Perubahan
Meninggalkan sesuatu yang harus ditinggalkan.
- Tasyakur
Tasyakur adalah besyukur. Tentunya kita sebagai manusia harus berterima kasih kepada Sang Pencipta. Adapun ciri-ciri tasyakur :
- Tanggung Jawab
Bertanggung jawab atas perbuatannya, ada pepatah mengatakan “berani melakukan, harus berani bertanggung jawab”
- Bermanfaat
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”
- Tadzakur
Tazakur adalah pelajaran.
“Dan, tiadalah yang mau mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).” (Al-Mukmin: 13).
Musibah yang terjadi di muka bumi ini semua dengan izin dan kehendak Allah Subhaanahu wata’ala, dan semuanya sesuai dengan rencana dan skenario Allah. Bagi mukmin sejati, ia akan memetik hikmah dan menjadikan pelajaran dalam hidupnya.
“Jangan sibuk memikirkan yang tak perlu kita pikirkan”
“ Jangan pernah mengurusi urusan, yang bukan urusan kita kecuali itu adalah kewajiban kita”
Penulis: Yunika Rahmawati