Pelatihan Quantum Teaching Reborn dan Pembelajaran Terpadu ini diikuti oleh Pak Ario Sulistio Pambudi, S.Pd dari unit SMP IT Kaifa dan Ibu Novi Rizky Lestari, S.Pd dari unit SDIT Kaifa pada Sabtu dan Minggu, 18-19 Agustus 2018 di SIT Ummul Quro.
Dalam pelatihan ini dibahas mengenai banyak hal diantaranya merubah cara pikir guru dalam mengkondisikan siswa mulai dari awal masuk sampai kedekatan dengan siswa ditambah dengan pembelajaran terpadu. Pelatihan ini dilaksanakan selama dua hari yakni hari Sabtu dan hari Minggu pada tanggal 18-19 Agustus 2018. Pada pelatihan di hari pertama pembicara yang mengisi materi adalah Bpk Eman Sulaeman seorang motivator dari SIT Ummul Quro membawakan banyak materi diantaranya Quantum Teaching yang memiliki Asas Utama yakni “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita Ke Dunia Mereka”, asas ini menginformasikan bahwa seorang guru harus bisa masuk kedalam dunia siswa sehingga guru paham kondisi siswa dan setelah siswa sudah dapat dipahami maka guru akan lebih mudah memasukkan pemikiran dan ilmunya kedalam diri seorang siswa.
Quantum Teaching mengajarkan bahwa seorang guru menjadi seorang condakter yakni guru yang mengatur bagaimana nada/cara komunikasi siswa di kelas dapat dikombinasikan dengan baik. Jadi jika ada seorang siswa yang berisik dan tidak mau diam bukan berarti siswa tersebut adalah nakal tetapi mungkin gaya belajar siswa tersebut adalah kinestetik dan setiap siswa memiliki keunikan masing-masing.
Quantum teaching juga memiliki beberapa prinsip yakni pertama “segalanya berbicara” maksudnya adalah setiap guru dan murid harus berkomunikasi dengan baik dan untuk menyampaikan itu tidak selalu menggunakan verbal tetapi bisa dari gestur tubuh dan ekspresi kita dalam menyampaikan informasi, kedua “tujuan terpenuhi” maksudnya adalah apapun cara pembelajarannya dan apapun muatannya tetap setiap tujuan belajar harus tercapai dan jika tidak tercapai maka sebaik apapun pembelajaran akan dikatakan gagal, ketiga “alami dulu baru namai” maksudnya adalah siswa diajak untuk melakukan sesuatu hal yang terbiasa dalam kehidupan sehari-hari baru setelah itu dinamakan sesuai dengan materi yang akan diajarkan pada hari itu, keempat “akui setiap usaha” maksudnya adalah hargai setiap hasil, usaha, dan kerja keras siswa dalam menghasilkan dan melakukan sesuatu karena dengan apresiasi siswa akan lebih termotivasi dalam belajar, dan yang terakhir “jika layak dipelajari, layak juga dirayakan” maksudnya adalah ini ketika kita telah melakukan sesuatu dengan siswa maka setelahnya jika siswa berhasil mencapai tujuannya maka masukkan diri seorang guru dalam perayaan siswa tetapi tetap dalam perayaan yang baik dan solih.
Dalam kondisi mengajar seorang guru akan melibatkan emosi dan perasaannya karena menghadapi kondisi siswa yang beraneka ragam uniknya, maka dari itu kita harus membentuk orkestrasi suasana agar pembelajaran berjalan dengan indah. Kelola hati, suasana dan sampaikan pesan baik dengan cara yang baik. Kuatkan Niat, sebagai guru harus percaya mengenai kemampuan siswa berbeda dan seluruh siswa akan berhasil dan itu yang harus dipercayai oleh semua guru. Libatkan Emosi, setiap pembelajaran harus melibatkan emosi dan emosi yang dimaksud bukan berarti marah tetapi perasaan terikat dan saling memahami sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Rasa Simpati dan Pengertian, guru dan siswa harus memiliki rasa saling simpati dan pengertian sehingga bisa saling memberikan hasil dan usaha terbaik. Rasa Saling Memiliki, saling memiliki akan sangat dibutuhkan antara guru dan siswa karena dengan memiliki rasa saling memiliki maka akan saling menjaga perasaan, sikap dan akhlak yang baik. Ciptakan Suasana Ceria dan Takjub, guru wajib menciptakan suasana yang ceria dan takjub (terkejut) dalam setiap pembelajaran dengan kondisi seperti itu maka siswa akan lebih mengingat dalam jangka waktu yang lama dan lebih memahami pelajaran. Ambil Resiko Keluar dari Zona Nyaman, guru harus siap keluar dari zoman nyaman yakni mengajar tidak harus selalu ceramah tetapi coba dengan berbagai metode seperti bermain, berkelompok dan berbaur dengan siswa menjadi seorang peserta didik yang haus ilmu pengetahuan. Jadilah Teladan, teladan adalah contoh yang didapatkan ketika seorang guru patut untuk dicontoh, jadikan diri ini patut untuk dijadikan teladan dari diri sendiri, dari hal-hal kecil dan dimulai dari sekarang berusaha menjadi teladan. Setiap siswa memiliki gaya belajar masing-masing dan guru harus bisa memahami mengenai gaya belajar tersbut yakni gaya belajar visual (dari penglihatan), auditori (dari suara) dan kinestetik (dari gerak/fisik).
Hari kedua diisi oleh Ibu Shintawati, S.Si, M.Pd dengan materi mengenai gaya belajar, kecerdasan siswa yang beragam (MI – Multiple Intelegence), dan pembelajaran terpadu dibandingkan dengan langkah 5M dan T.A.N.D.U.R. Gaya belajar siswa memiliki sifat yang beragam dari siswa yang bertipe visual, auditori dan kinestetik, setiap siswa memiliki perbedaan bahkan satu siswa kadang memiliki gaya belajar lebih dari satu. Setiap proses pembelajaran harus dirancang untuk mengakomodir seluruh gaya belajar siswa dalam satu kelas dan jangan terpaku pada model/metode tertentu karena guru harus berani keluar dari zona nyaman dan patut dicoba untuk menerapkan model/metode yang beraneka ragam, metode/ model tidak akan berjalan baik jika cara penyampaian dan komunikasi yang kurang baik maka dari itu harus bisa menyampaikan dengan baik dan menarik.
Setiap manusia itu memiliki kecerdasan masing-masing dan berbeda untuk masing-masing manusia, sama dengan itu siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Menurut Howar Gardner, 1983 definisi kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia dan menimbulkan masalah baru untuk diselesaikan. Setiap kecerdasan siswa tidak terbatas karena setiap kecerdasan siswa akan terus bertambah sesuai dengan pola belajarnya dan rasa ingin tahu yang tinggi. Guru masih terfokus dengan kekurangan siswa, seharusnya sebagai seorang guru harus memberikan sarana untuk siswa dalam mengembangkan kecerdasannya. Siswa butuh diapresiasi bukan untuk di judge tidak baik/nakal maka ada istilah “Kuburlah Ketidakmampuan Anak Didik Kita, Kembangkan Kemampuan Anak didik Kita”. Tipe kecerdasan manusia ada 9 yakni Spasia-Visual (Gambar), Linguistik (Bahasa), Interpersonal (Antar Manusia), Musikal, Natural (Alam/Lingkungan), Body Kinestetik (Fisik), Intrapersonal (Diri Sendiri), Logik Matematik, dan Eksistensial (Memaknai Ilmu). Kecerdasan manusia masih mungkin bertambah karena sesuai tadi dikatakan kecerdasan itu tanpa batas dan harus dicari mulai sejak dini oleh orang tua dan seorang guru.
Multiple intelegence memiliki sebuah strategi adalah membuka pikiran dan siap menerima saran dan nasehat selanjutnya adalah percaya dengan kemampuan siswa untuk menerima dan menghasilkan sesuatu yang diharapkan, selanjutnya adalah mengalir dan menikmati setiap proses yang akan dilalui. Pembelajaran saat ini harus banyak mengurangi guru banyak ceramah dan siswa pasif (hanya mendengarkan) tetapi harus siswa yang banyak berperan aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran ada beberapa langkah-langkah yang diterapkan ketika guru masuk kelas yakni T.A.N.D.U.R (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan), S.I.T (Sajikan, Internalisasi, Terapkan), 5M (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi, Menalar, dan Mengkomunikasikan), dan TERPADU (Telaah, Eksplorasi, Rumuskan, Presentasikan, Aplikasikan, Duniawi, dan Ukhrowi). Langkah pembelajaran yang paling lengkap adalah TERPADU, karena selain penerapan dikelas untuk pembelajaran TERPADU juga menerapkan saat siswa terjun di lingkungan sekitar dan mengaitkan dengan wawasan keislaman yang disajikan oleh guru. Pada materi terakhir seluruh peserta pelatihan diminta untuk microteaching dengan merancang pembelajaran TERPADU sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang diampu.
Bogor, 28 Agustus 2018
Penulis
Ario Sulistio Pambudi, S.Pd